Rabu, 08 Juni 2011

E learning (pembelajaran jarak jauh)

elearning sebagai media pembelajaran jarak jauh
Seiring perkembangan teknologi internet, model e-learning mulai dikembangkan, sehingga kajian dan penelitian sangat diperlukan. Hakekat e-learning adalah bentuk pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam format digital melalui teknologi internet. Sistem ini dapat digunakan dalam pendidikan jarak jauh atau pendidikan konvensional.
Oleh karena itu mengembangkan model ini tidak sekedar menyajikan materi pelajaran ke dalam internet tetapi perlu dipertimbangkan secara logis dan memegang prinsip pembelajaran. Begitu pula desain pengembangan yang sederhana, personal, dan cepat, serta unsur hiburan akan menjadikan peserta didik betah belajar di depan internet seolah-seolah mereka belajar di dalam kelas. Ilmu dan teknologi terutama teknologi informasi berkembang sangat pesat. Pesatnya perkembangan teknologi ini berdampak pada pelbagai perubahan sosial budaya. Misalnya e-commerce merupakan perubahan radikal dalam aspek ekonomi masyarakat modern saat ini. Di sektor pemerintahan ada e-government.
Demikian pula di sektor pendidikan sudah berkembang apa yang disebut e-learning.Pemanfaatan teknologi internet untuk pendidikan dipelopori oleh sekolah militer di Amerika Serikat (1983). Sejak itu tren teknologi internet untuk pendidikan berkembang pesat dan lebih dari 100 perguruan tinggi di Amerika Serikat telah memanfaatkannya. Begitu pula teknologi ini berkembang pesat di negara-negara lain. Hasil survai yang dilakukan James W. Michaels dan Dirk Smilie (dalam Andito M. Kodijat, 2002) saat ini provider di dunia ada sekitar 25% pendidikan tinggi yang menawarkan programnya melalui internet. Visi dari sekolah (universitas) ini adalah untuk mencapai dan memberikan layanan pada pasar tanpa dibatasi atau perlu memperluas fasilitas fisiknya.
Di Indonesia pemanfaatan teknologi internet dimulai sekitar tahun 1995 ketika IndoInternet membuka jasa layanan internet. Kemudian tahun 1997-an mulai berkembang pesat. Namun harus diakui bahwa kini pemanfaatan teknologi ini masih didominasi oleh lembaga seperti perbankan, perdagangan, media massa, atau kalangan industri. Jika melihat potensinya, dalam waktu mendatang mungkin saja lembaga pendidikan akan mendominasinya.
Pemanfatan teknologi internet untuk pendidikan di Indonesia secara resmi dimulai sejak dibentuknya telematika tahun 19961). Masih ditahun yang sama dibentuk Asian Internet Interconnections Initiatives (www.ai3.itb.ac.id/indonesia). Jaringan yang dikoordinir oleh ITB ini bertujuan untuk pengenalan dan pengembangan teknologi internet untuk pendidikan dan riset, pengembangan backbone internet pendidikan dan riset di kawasan Asia Pasific bersama-sama perguruan tinggi di kawasan ASEAN dan Jepang, serta pengembangan informasi internet yang meliputi aspek ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, sosial, dan ekonomi. Hingga kini sudah ada 21 lembaga pendidikan tinggi (negeri dan swasta), lembaga riset nasional, serta intnasi terkait yang telah bergabung.
Seiring perkembangan zaman, pemanfaatan internet untuk pendidikan di Indonesia khususnya di perguruan tinggi terus berkembang. Misalnya tahun 2001 didirikan universitas maya Indonesia Bangkit University Teledukasi (IBUTeledukasi) bekerjasama dengan Universitas Tun Abdul Razak Malaysia, beberapa PT juga menawarkan program on-line course misalnya (www.petra.ac.id). Universitas Terbuka mengembangkan on-line tutorial (www.ut.ac.id/indonesia/tutorial.htm), Indonesia Digital Library Network mengembangkan perpustakaan elektronik (www.idln.itb.ac.id), dan lain-lain.
Pemanafaatan internet untuk pendidikan ini tidak hanya untuk pendidikan jarak jauh, akan tetapi juga dikembangkan dalam sistem pendidikan konvensional. Kini sudah banyak lembaga pendidikan terutama perguruan tinggi yang sudah mulai merintis dan mengembangkan model pembelajaran berbasis internet dalam mendukung sistem pendidikan konvensional. Namun suatu inovasi selalu saja menimbulkan pro dan kontra. Yang pro dengan berbagai dalih meyakinkan akan manfaat kecanggihan teknologi ini seperti;, memudahkan komunikasi, sumber informasi dunia, memudahkan kerjasama, hiburan, berbelanja, dan kemudahan aktivitas lainnya. Sebaliknya yang kontra menunjukan sisi negatifnya, antara lain: biaya relatif besar dan mudahnya pengaruh budaya asing. Internet sebagai media baru ini juga belum begitu familier dengan masyarakat, termasuk personil lembaga pendidikan. Oleh karena itu sangat perlu terus dilakukan kajian, penelitian, dan pengembangan model e-learning. Tulisan ini akan mencoba menjelaskan e-learning dan kemungkinan pengembangan modelnya dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Banyak para ahli yang mendefinisikan e-learning sesuai sudut pandangnya. Karena e-learning kepanjangan dari elektronik learning ada yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pembelajaran yang memanfaatkan teknologi elektronik (radio, televisi, film, komputer, internet, dll). Jaya Kumar C. Koran (2002), mendefinisikan e-learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada pula yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media internet. Sedangkan Dong (dalam Kamarga, 2002) mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya.
Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini senada dengan Cambell (2002), Kamarga (2002) yang intinya menekankan penggunaan internet dalam pendidikan sebagai hakekat e-learning. Bahkan Onno W. Purbo (2002) menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronik dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet.
Secara lebih rinci Rosenberg (2001) mengkatagorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam e-learning, yaitu: (a). e-learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan, dan sharing pembelajaran dan informasi. Persyaratan ini sangatlah penting dalam e-learning, sehingga Rosenberg menyebutnya sebagai persyaratan absolut. (b). e-learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan standar teknologi internet. CD ROM, Web TV, Web Cell Phones, pagers, dan alat bantu digital personal lainnya walaupun bisa menyiapkan pesan pembelajaran tetapi tidak bisa dikolongkan sebagai e-learning.(c). e-learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi pembelajaran yang menggungguli paradikma tradisional dalam pelatihan. Uraian di atas menunjukan bahwa sebagai dasar dari e-learning adalah pemanfaatan teknologi internet. Jadi e-learning merupakan bentuk pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam format digital melalui teknologi internet. Oleh karena itu e-learning dapat digunakan dalam sistem pendidikan jarak jauh dan juga sistem pendidikan konvensional. Dalam pendidikan konvensional fungsi e-learning bukan untuk mengganti, melainkan memperkuat model pembelajaran konvensional. Dalam hal ini Cisco (2001) menjelaskan filosofis e-learning sebagai berikut: (a). e-learning merupakan penyampian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihansecaraon-line.(b). e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi.(c). e-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan. (d). Kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar conten dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.(1)

Fitur E-learning
E-learning memiliki fitur-fitur sebagai berikut (Clark & Mayer, 2008:10):
1. Konten yang relevan dengan tujuan belajar.
2. Menggunakan metodeinstruksional seperti contoh dan praktek untuk membantu belajar.
3. Menggunakan elemen media seperti kalimat dan gambar untuk mendistribusikan konten dan metode belajar.
4. Pembelajaran dapat secara langsung dengan instruktur (synchronous) ataupun belajar secara individu (asynchronous)
5. Membangun wawasan dan teknik baru yang dihubungkan dengan tujuan belajar.

Elemen E-learning
Definisi e-learning memiliki beberapa elemen tentang apa, bagaimana, dan mengapa dari e-learning (Clark & Mayer, 2008 : 10):

1. Apa. E-learning memasukkan baik konten, yaitu informasi, dan metode instruksional, yaitu teknik, yang membantu orang mempelajari konten belajar.
2. Bagaimana. E-learning didistribusikan melalui komputer dalam bentuk kalimat dan gambar. Pendistribusiannya dapat dalam bentuk asynchronous yang didesain untuk belajar secara individu dam dalam synchronous yang didesain dengan bimbingan dari instruktur secara langsung.
3. Mengapa. E-learning ditujukan untuk membantu pelajar mencapai tujuan belajarnya atau melakukan pekerjaannya.

Aspek Penting dalam E-learning
1. E-learning menciptakan solusi belajar formal dan informal. Salah satu kesalahan berpikir tentang e-learning adalah e-learning hanya menciptakan sistem belajar secara formal, seperti dalam bentuk kursus. Namun faktanya adalah saat ini 80% pembelajaran didapat secara informal. Banyak orang saat beraktivitas sehari-hari dan menghadapi suatu masalah membutuhkan solusi secepatnya. Dalam hal ini, e-learning haruslah memiliki karakteristik berikut: a. just in time –tersedia untuk pengguna ketika mereka membutuhkannya untuk menyelesaikan tugasnya. b. on-demand – tersedia setiap saat. c. bite-sized – tersedia dalam ukuran yang kecil agar dapat digunakan secara cepat.
2. E-learning menyediakan akses ke berbagai macam sumber pembelajaran baik itu konten ataupun manusia. Kesalahan lainnya dalam berpikir tentang e-learning bahwa e-learning hanya membuat konten saja. Sebenarnya e-learning adalah sebuah aktivitas sosial. E-learning menyediakan pengalaman belajar yang kuat melalui komunitas online pengguna e-learning. Karena manusia adalah makhluk sosial, jadi ada banyak kesempatan untuk berkomunikasi, berkolaborasi, dan berbagi ilmu antara sesama pengguna e-learning.
3. E-learning mendukung sekelompok orang atau grup untuk belajar bersama. E-learning bukan aktivitas individu saja, tetapi juga mendukung sekelompok orang atau grup untuk belajar bersama, baik untuk berkomunikasi, berkolaborasi, berbagi ilmu, dan membentuk sebuah komunitas online yang dapat dilakukan secara langsung (synchronous) atau tidak langsung (asynchronous).
4. E-learning membawa pembelajaran kepada pelajar bukan pelajar ke pembelajaran. Bentuk pembelajaran tradisional bahwa pelajar harus pergi keluar untuk mencari pembelajaran mereka sendiri. Sedangkan Model e-learning disebut juga Pull Model of Learning (Knight, 2005 : 11).

Keuntungan Menggunakan E-learning
Keuntungan menggunakan e-Learning diantaranya sebagai berikut (Wahono, 2005 : 2):
1. Fleksibel karena siswa dapat belajar kapan saja, di mana saja, dan dengan tipe pembelajaran yang berbeda-beda.
2. Menghemat waktu proses belajar mengajar.
3. Mengurangi biaya perjalanan.
4. Menghemat biaya pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur, peralatan, buku-buku).
5. Menjangkau wilayah geografis yang lebih luas Melatih pembelajar lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu pengetahuan.

Manfaat E-Learning Secara Umum
Beberapa manfaat e-learning secara umum adalah sebagai berikut :
1. Fleksibilitas. e-learning memberikan fleksibilitas dalam memilih waktu dan tempat untuk mengakses pelajaran. Siswa tidak perlu mengadakan perjalanan menuju tempat pelajaran disampaikan, e-learning bisa diakses dari mana saja yang memiliki akses ke Internet. Bahkan, dengan berkembangnya mobile technology (dengan telepon selular jenis tertentu), semakin mudah mengakses e-learning.
2. “Independent Learning”. E-learning memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk memegang kendali atas kesuksesan belajar masing-masing, artinya pembelajar diberi kebebasan untuk menentukan kapan akan mulai, kapan akan menyelesaikan, dan bagian mana dalam satu modul yang ingin dipelajarinya terlebih dulu. Ia bisa mulai dari topik-topik ataupun halaman yang menarik minatnya terlebih dulu, ataupun bisa melewati saja bagian yang ia anggap sudah ia kuasai. Jika ia mengalami kesulitan untuk memahami suatu bagian, ia bisa mengulang-ulang lagi sampai ia merasa mampu memahami. Seandainya, setelah diulang masih ada hal yang belum ia pahami, pembelajar bisa menghubungi instruktur, nara sumber melalui email atau ikut dialog interaktif pada waktu-waktu tertentu. Jika ia tidak sempat mengikuti dialog interaktif, ia bisa membaca hasil diskusi di message board yang tersedia di LMS (di Website pengelola). Banyak orang yang merasa cara belajar independen seperti ini lebih efektif daripada cara belajar lainnya yang memaksakannya untuk belajar dengan urutan yang telah ditetapkan.
3. Biaya. Banyak biaya yang bisa dihemat dari cara pembelajaran dengan e-learning. Biaya di sini tidak hanya dari segi finansial tetapi juga dari segi non-finansial. Secara finansial, biaya yang bisa dihemat, antara lain biaya transportasi ke tempat belajar dan akomodasi selama belajar (terutama jika tempat belajar berada di kota lain dan negara lain), biaya administrasi pengelolaan (misalnya: biaya gaji dan tunjangan selama pelatihan, biaya instruktur dan tenaga administrasi pengelola pelatihan, makanan selama pelatihan), penyediaan sarana dan fasilitas fisik untuk belajar (misalnya: penyewaan ataupun penyediaan kelas, kursi, papan tulis, LCD player, OHP.

elearning

Salah satu kosa kata yang muncul dan populer bersamaan dengan hadirnya TIK dalam dunia pembelajaran adalah elearning. Elearning merupakan kependekan dari elektronik learning. Secara generik elearning berarti belajar dengan menggunakan elektronik. Kata elektronik sendiri mengandung pengertian yang spesifik yakni komputer atau internet, sehinga elearning sering diartikan sebagai proses belajar yang menggunakan komputer atau internet.

Sesungguhnya pengertian elearning sendiri mempunyai makna yang sangat luas dan masih dipersepsikan secara berbeda-beda. Pengertian elearning mencakup sebuah garis kontinum dari mulai menambahkan komputer dalam proses belajar sampai dengan pembelajaran berbasis web. Sebuah kelas yang dilengkapi dengan satu unit komputer untuk memutar sebuah CD pembelajaran interaktif, dalam batasan yang minimal telah dapat disebutkan bahwa kelas tersebut telah menerapkan elearning. Namun menurut batasan UNESCO, elearning paling tidak harus didukung oleh sejumlah syarat-syarat yang harus dipenuhi, yaitu mencakup; ketersediaan software bahan belajar berbasis TIK, ketersediaan software aplikasi untuk menjalankan pengelolaan proses pembelajaran tersebut, adanya SDM guru dan tenaga penunjang yang menguasai TIK, adanya infrastruktur TIK, adanya akses internet, adanya dukungan training, riset, dukungan daya listrik, serta dukungan kebijakan pendayagunaan TIK untuk pembelajaran. Apabila elemen-elemen tersebut telah tersedia, maka program dan pengelolaan elearning akan dapat dijalankan.



Software bahan ajar

Teknologi selalu mencakup hardware dan software. Hardware akan berguna apabila tersedia software di dalamnya, demikian pula sebaliknya software baru akan dapat bermanfaat apabila ada hardware yang menjalankannya.

Software dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu software operating sistem (OS), software aplikasi, dan software data atau konten. OS adalah software yang berfungsi sebagai sistem operasi, seperti DOS, Windows, Linux, dan Unix. Aplikasi adalah software yang digunakan untuk membangun atau menjalankan proses sesuai dengan perintah-perintah pemrograman, misalnya office, LMS, CMS, dll. Sedangkan data atau bahan ajar termasuk ke dalam kelompok software konten, misalnya bahan ajar baik berupa teks, audio, gambar, video, animasi, dll.

Dalam pengertian yang paling sederhana, suatu proses belajar akan terjadi apabila tersedia sekurang-kurangnya dua unsur, yakni orang yang belajar dan sumber belajar. Sumber belajar mencakup orang (nara sumber), alat (hardware), bahan (software), lingkungan (latar, setting), dll. Bahan ajar adalah salah satu jenis dari sumber belajar.

Bahan belajar merupakan elemen penting dalam elearning. Tidak ada elearning tanpa ketersediaan bahan belajar. Untuk itu, maka kemampuan seorang guru dalam mengembangkan bahan belajar berbasis web menjadi sangat penting.



Jenis bahan ajar

Bahan ajar adalah segala bentuk konten baik teks, audio, foto, video, animasi, dll yang dapat digunakan untuk belajar. Ditinjau dari subjeknya, bahan ajar dapat dikatogorikan menjadi dua jenis, yakni bahan ajar yang sengaja dirancang untuk belajar dan bahan yang tidak dirancang namun dapat dimanfaatkan untuk belajar. Banyak bahan yang tidak dirancang untuk belajar, namun dapat digunakan untuk belajar, misalnya kliping koran, film, sinetron, iklan, berita, dll. Karena sifatnya yang tidak dirancang, maka pemanfaatan bahan ajar seperti ini perlu diseleksi sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Bahan belajar yang dirancang adalah bahan yang dengan sengaja disiapkan untuk keperluan belajar. Ditinjau dari sisi fungsinya, bahan ajar yang dirancang dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu bahan presentasi, bahan referensi, dan bahan belajar mandiri. Sedangkan ditinjau dari media, bahan ajar dapat kelompokkan menjadi bahan ajar cetak, audio, video, televisi, multimedia, dan web.

Sekurang-kurangnya ada empat ciri bahan ajar yang sengaja dirancang, yakni adanya tujuan yang jelas, ada sajian materi, ada petunjuk belajar, dan ada evaluasi keberhasilan belajar.



Bahan ajar berbasis web

Sebagaimana sebutannya, bahan ajar berbasis web adalah bahan ajar yang disiapkan, dijalankan, dan dimanfaatkan dengan media web. Bahan ajar sering juga disebut bahan ajar berbasis internet atau bahan ajar on line. Terdapat tiga karakteristik utama yang merupakan potensi besar bahan ajar berbasis web, yakni;

menyajikan multimedia
menyimpan, mengolah, dan menyajikan infromasi
hyperlink

Karena sifatnya yang on line, maka bahan ajar berbasis web mempunyai karakteristik khusus sesuai dengan karakteristik web itu sendiri. Salah satu karakteristik yang paling menonjol adalah adanya fasilitas hyperlink. Hyperlink memungkinkan sesuatu subjek nge-link ke subjek lain tanpa ada batasan fisik dan geografis, selama subjek yang bersangkutan tersedia pada web. Dengan adanya fasilitas hyperlink maka sumber belajar menjadi sangat kaya. Search engine sangat membantu untuk mencari subjek yang dapat dijadikan link.



Unsur-unsur bahan ajar

Bahan ajar setidak tidaknya harus memiliki enam unsur, yaitu mencakup tujuan, sasaran, uraian materi, sistematika sajian, petunjuk belajar, dan evaluasi. Sebuah bahan ajar harus mempunyai tujuan. Tujuan harus dirumuskan secara jelas dan terukur mencakup kriteria ABCD (audience, behavior, criterion, dan degree). Sasaran perlu dirumuskan secara spesifik, untuk siapa bahan relajar itu ditujukan. Sasaran bukan sekedar mengandung pernyataan subjek orang, Namur juga harus mencakup kemampuan apa yang menjadi prasyarat yang harus sudah mereka kuasai agar dapat memahami bahan ajar ini.

ruang lingkup media pendidikan



RUANG LINGKUP MEDIA PENDIDIKAN

1.       Pentingya media pendidikan dalam pengajaran.
Perkembangan iptek semakin mendorong upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar.guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru juga dituntut dapat mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang digunakanny apabila media tersebut belum tersedia.
Media adlah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajran disekolah pada khususnya.

2.       Pengertian media pendidikan
Kata media berasal dari bahasa latin dan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
·         Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis keomponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.
·         Briggs (1970) berpendapat bahwa media adlah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangdang siswa untuk belajar.
·         Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association-NEA) menyatakan media adlah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya.
·         Media adalah segala sesuatu dari pengirim kepada penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

3.       Fungsi dan kegunaan media pendidikan dalam proses belajar mengajar.
Levie dan Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khusunya media visual yaitu:
·         Fungsi Atensi
Menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan.
·         Fungsi Afektif
Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa.
·         Fungsi Kognitif
Lambang visual memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi dan mengingat pesan yang terkandung dalam gambar.
·         Fungsi Kompensatoris
Media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.

Manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa menurut Sudjana dan Rivai (1992:2) yaitu:
·         Pembelajaran akan lebih meanrik perhatian siswa sehingga dapat menimpulkan motivasi belajar.
·         Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya.
·         Metose mengajar akan lebih bervariasi.
·         Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab itdak hanya mendengarkan uraian guru tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dll.

Manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran didalam belajar mengajar:
a)      Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
b)      Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar.
c)       Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu:
·         Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung diruang kelas dapat diganti dengan gambar, slide,foto, film dll
·         Objek yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh indera dapat disajikan dengan mikroskop, film, slide atau gambar.
·         Kejadian langka yang terjadi dimasa lalu dapat ditampilkan melalui rekaman video, film, foto, slide.
·         Objek atau proses yang amat rumit dapat ditampilkan secara kongkrit melalui film, gambar, slide, simulasi komputer.
·         Kejadian/percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan dengan komputer, film dan video.
·         Peristiwa alam seperti letusan gunung atau proses kepompong jadi kupu-kupu dapat disajikan dengan teknik rekaman seperti time-lapse untuk film, video, slide
d)      Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan dan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa lingkungan mereka.

4.       Ciri-ciri media pembelajaran
Gerlach dan Ely (1971) mengemukakan 3 ciri media:
a)      Ciri Fiksatif (fixative property)
Menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek.
b)      Ciri Manipulatif (manipulative property)
Kejadian yang memakan waktu berhari-hari  dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording.
c)       Ciri Distributif (distributif property)
Memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu.

5.       Sejarah perkembangan media pendidikan
Pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru (teaching aids). Alat bantu yang dipakai yaitu alat bantu visual misalnya gambar, model, objek dll.
Dengan masuknya pengaruh teknoligi audio pada pertengahan abad ke-20, alat visual untuk mengkonkretkan ajaran ini dilengkapi dengan alat audio visual.
Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan  alat audio visual. Tahun 1960-1965 orang mulai memperhatikan siswa sebagai komponen yang penting dalam proses belajar mengajar (teori tingkah laku) teori ini telah mendorong diciptakannya media yang dapat mengubah tingakh laku siswa sebagai hasil proses pembelajaran. Media instruktusional yang terkenal yang dihasilkan teori ini adalah teaching machine dan programmed instruction dan tahun 1965-1970 muncul pendekatan sistem.
Dengan adanya pengaruh dan perubahan tersebut guru-guru mulai merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan tingkah laku siswa. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut mulai dipakai berbagai format media dan guru mulai mamahami bahwa cara belajar siswa berbeda-beda, sebagian lebih cepat belajar melalui media visual, ada melalui media audio, media cetak atau media audio visual.d ari hal tersebut lahirlah konsep penggunaan multimedia dalam kegiatan pembelajaran.

Sumber:
                Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Grafindo.
                Sadiman, S Arief dkk. 2009. Media Pendidikan. Jakarta: Grafindo

Minggu, 05 Juni 2011

TEKNIK PEMILIHAN MEDIA TAMBAHAN ISI DALAM SILABUS



TEKNIK PEMILIHAN MEDIA

Pemilihan media
1.      Dasar Pertimbangan Dalam Pemilihan Media
a.      Alasan Teoritis
Proses pemilihan media menjadi penting karena kedudukan media yang strategia untukkeberhasilan pembelajaran. Alasan pokok pemilihan media dalam pembelajaran, karena didasari atas konsep pembelajaran sebagai suatu sistem yang didalamnya terdapat suatu totalitas yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan.
Media merupakan salah satu komponen utama dalam pembelajaran selain tujuan, materi, metode dan evaluasi maka sudah seharusnya dalam pembelajaran guru menggunakan media.
Kedudukan media dalam pembelajran tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan sistem pembelajaran. Penggunaan media akan meningkatkan kebermaknaan (meaningful learning) hasil belajar.  Dengan demikian pemilihan media yang menjad penting artinya dan ini menjadi alasan teoritis mendasar dalam pemilihan media.

b.      Alasan Praktis
Terdapat beberapa penyebab orang memilih media dijelaskan oleh Arif Sadiman (1996:89):
·         Demonstration
Media daoat digunakan untuk mendemonstrasikan sebuah konsep, alat, objek, kegunaan, cara mengoperasikan dll. Media berfungsi sebagai alat peraga pembelajaran.
·         Familiarity
Karena sudah terbiasa menggunkaan media tersebut dan merasa sudah menguasai.
·         Clarity
Inginmemberikan gambaran/penjelasan yang lebih konkret
·         Active Learning
Guru dapat membuat siswa berperan aktif baik secara fisik, mental, emosional.
   
Guru sebagai pengguna harus dapat memilih media yang tepat dengan kebutuhan pembelajran sesuai dengan karakteristik siswa dan karakteristik materi pembelajaran. Arif Sadiman  (1996:85) mengemukakan beberapa pertimbangan yang dapat dijadikan rujukan untuk membeli media:
v  Apakah media yang dipilih itu relevan denga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai?
v  Apakah disertai dengan buku manual atau sumber informasi tentang media tersebut?
v  Apakah perlu dibentuk tim ahli dan pengguna media untuk merevieu media tersebut?
v  Apakah terdapat media dipasaran yang telah divalidasi/uji coba?
v  Apakah media tersebut boleh direvieu terlebih dahulu?
v  Apakah terdapat format revieu yang seudah dibakukan?

2.      Kriteria Dalam Pemilihan Media
a.      Kriteria umum
Kriteria umum yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media:
·         Kesesuaian dengan tujuan (Instructional Goals)
Perlu dikaji tujuan pembelajaran apa yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan pembelajaran. Seperti dari kajian tujuan instruktusional umum (TIU) atau TIK bisa dianalisis media apa yang cocok guna mencapai tujuan tersebut.
·         Kesesuaian dengan materi pembelajaran (Instructional Content)
Yaitu bahan kajian apa yang akan diajarkan pada programpembelajaran tersebut.
·         Kesesuaian dengan karakteristik pembelajaran atau siswa.
Media haruslah familiar dansesuai dengan karakteristik guru/ siswa mencakup sesuai dengan kondisi fisik terutama kebefungsian alat indra, kemampuan awal siswa, budaya maupun kemampuan siswa.
·         Kesesuaian dengan teori
·         Kesesuaian dengan gaya belajar siswa
Media didasarkan atas kondisi psikologis siswa bahwa siswa belajar dipengaruhi pula oleh gaya belajar.
·         Kesesuaian dengan kondisi lingkungan, fasilitas pendukung dan waktu yang tersedia.

b.      Kriteria Khusus
Erikson (1993) memberi saran dalam mengembangkan kriteria pemilihan media dalam bentuk check list:
                      1)      Apakah materinya penting dan berguna bagi siswa?
2)      Apakah dapat menarik minat siswa untuk belajar?
3)      Apakah ada kaitannya danmengena secara langsung dengan tujuan pembelajaran?
4)      Bagaimana format penyajiaannya diatur? Apakah memnuhi tata urutan yang teratur?
5)      Bagaimana dengan materinya, mutakhir atau autentik?
6)      Apakah konsep dan kecermatannya terjamin secara jelas?
7)      Apakah isi dan presentasinya  memenuhi standar?
8)      Apakah penyajiannya objektif?
9)      Apakah bahannya memenuhi standar kuaitas teknik?
10)  Apakah bahantersebut sudah melalui pemantapan uji coba atau validasi?

Kriteria khusus lainnya dalam memilih pembelajaran yang tepat dirumuskan salam kata ACTION:
·         Acces : kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam memilih media. Apakah media yang kita perlukan itu tersedia, mudah dan dapat dimanfaatkan oleh murid?
·         Cost : biaya juga harus dipertimbangkan. Media efektif tidak selalu mahal jika guru kreatif dan menguasai betul materi pelajaran maka akan memanfaatkan objek-objek untuk dijadikan sebagai media dengan biaya yang murah tapi efektif.
·         Technology : teknologi juga harus diperhatikan apakah teknologinya tersedia dan mudah menggunakannya.
·         Interactivity : media yang baik adalah media yang dapat memunculkan komunikasi 2 arah.
·         Organization : diperlukan dukungan organisasi  misalnya pimpinan sekolah.
·         Novelty : media yang lebih baru biasanya lebih baik danlebih menarik bagi siswa.


Sumber:
            Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Grafindo.
            Sadiman, S Arief. Media Pendidikan. Jakarta: Grafindo.
_______. 2010. “Teknik pemilihan media”. http//ranjaya.blogspot.com//. Diakses tanggal 22 februari 2011.

TEKNIK PEMILIHAN MEDIA


TEKNIK PEMILIHAN MEDIA

Pemilihan media
1.      Dasar Pertimbangan Dalam Pemilihan Media
a.      Alasan Teoritis
Proses pemilihan media menjadi penting karena kedudukan media yang strategi untuk keberhasilan pembelajaran. Alasan pokok pemilihan media dalam pembelajaran, karena didasari atas konsep pembelajaran sebagai suatu sistem yang didalamnya terdapat suatu totalitas yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan.
Media merupakan salah satu komponen utama dalam pembelajaran selain tujuan, materi, metode dan evaluasi maka sudah seharusnya dalam pembelajaran guru menggunakan media.
Kedudukan media dalam pembelajran tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan sistem pembelajaran. Penggunaan media akan meningkatkan kebermaknaan (meaningful learning) hasil belajar.  Dengan demikian pemilihan media yang menjad penting artinya dan ini menjadi alasan teoritis mendasar dalam pemilihan media.

b.      Alasan Praktis
Terdapat beberapa penyebab orang memilih media dijelaskan oleh Arif Sadiman (1996:89):
·         Demonstration
Media daoat digunakan untuk mendemonstrasikan sebuah konsep, alat, objek, kegunaan, cara mengoperasikan dll. Media berfungsi sebagai alat peraga pembelajaran.
·         Familiarity
Karena sudah terbiasa menggunkaan media tersebut dan merasa sudah menguasai.
·         Clarity
Inginmemberikan gambaran/penjelasan yang lebih konkret
·         Active Learning
Guru dapat membuat siswa berperan aktif baik secara fisik, mental, emosional.
   
Guru sebagai pengguna harus dapat memilih media yang tepat dengan kebutuhan pembelajran sesuai dengan karakteristik siswa dan karakteristik materi pembelajaran. Arif Sadiman  (1996:85) mengemukakan beberapa pertimbangan yang dapat dijadikan rujukan untuk membeli media:
v  Apakah media yang dipilih itu relevan denga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai?
v  Apakah disertai dengan buku manual atau sumber informasi tentang media tersebut?
v  Apakah perlu dibentuk tim ahli dan pengguna media untuk merevieu media tersebut?
v  Apakah terdapat media dipasaran yang telah divalidasi/uji coba?
v  Apakah media tersebut boleh direvieu terlebih dahulu?
v  Apakah terdapat format revieu yang seudah dibakukan?

2.      Kriteria Dalam Pemilihan Media
a.      Kriteria umum
Kriteria umum yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media:
·         Kesesuaian dengan tujuan (Instructional Goals)
Perlu dikaji tujuan pembelajaran apa yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan pembelajaran. Seperti dari kajian tujuan instruktusional umum (TIU) atau TIK bisa dianalisis media apa yang cocok guna mencapai tujuan tersebut.
·         Kesesuaian dengan materi pembelajaran (Instructional Content)
Yaitu bahan kajian apa yang akan diajarkan pada programpembelajaran tersebut.
·         Kesesuaian dengan karakteristik pembelajaran atau siswa.
Media haruslah familiar dansesuai dengan karakteristik guru/ siswa mencakup sesuai dengan kondisi fisik terutama kebefungsian alat indra, kemampuan awal siswa, budaya maupun kemampuan siswa.
·         Kesesuaian dengan teori
·         Kesesuaian dengan gaya belajar siswa
Media didasarkan atas kondisi psikologis siswa bahwa siswa belajar dipengaruhi pula oleh gaya belajar.
·         Kesesuaian dengan kondisi lingkungan, fasilitas pendukung dan waktu yang tersedia.

b.      Kriteria Khusus
Erikson (1993) memberi saran dalam mengembangkan kriteria pemilihan media dalam bentuk check list:
1)      Apakah materinya penting dan berguna bagi siswa?
2)      Apakah dapat menarik minat siswa untuk belajar?
3)      Apakah ada kaitannya danmengena secara langsung dengan tujuan pembelajaran?
4)      Bagaimana format penyajiaannya diatur? Apakah memnuhi tata urutan yang teratur?
5)      Bagaimana dengan materinya, mutakhir atau autentik?
6)      Apakah konsep dan kecermatannya terjamin secara jelas?
7)      Apakah isi dan presentasinya  memenuhi standar?
8)      Apakah penyajiannya objektif?
9)      Apakah bahannya memenuhi standar kuaitas teknik?
10)  Apakah bahantersebut sudah melalui pemantapan uji coba atau validasi?

Kriteria khusus lainnya dalam memilih pembelajaran yang tepat dirumuskan salam kata ACTION:
·         Acces : kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam memilih media. Apakah media yang kita perlukan itu tersedia, mudah dan dapat dimanfaatkan oleh murid?
·         Cost : biaya juga harus dipertimbangkan. Media efektif tidak selalu mahal jika guru kreatif dan menguasai betul materi pelajaran maka akan memanfaatkan objek-objek untuk dijadikan sebagai media dengan biaya yang murah tapi efektif.
·         Technology : teknologi juga harus diperhatikan apakah teknologinya tersedia danmudah menggunakannya.
·         Interactivity : media yang baik adalah media yang dapat memunculkan komunikasi 2 arah.
·         Organization : diperlukan dukungan organisasi  misalnya pimpinan sekolah.
·         Novelty : media yang lebih baru biasanya lebih baik danlebih menarik bagi siswa.


Sumber:
            Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Grafindo.
            Sadiman, S Arief. Media Pendidikan. Jakarta: Grafindo.
_______. 2010. “Teknik pemilihan media”. http//ranjaya.blogspot.com//. Diakses tanggal 22 februari 2011.